Seru Banget! Siswa VISKA Coba Bikin Batik Sendiri dengan Mudah dan Kreatif!

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan salah satunya adalah batik. Batik adalah seni tradisional dalam pembuatan kain dengan teknik menuliskan atau mengecatkan lilin pada kain yang nantinya dicelupkan ke dalam pewarna untuk menghasilkan pola yang cantik dan unik. Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2009. Selain sebagai warisan budaya, batik juga menjadi salah satu industri yang cukup besar di Indonesia. Batik tidak hanya dihasilkan di Pulau Jawa, tetapi juga di daerah-daerah lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Industri batik menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing di pasar lokal dan internasional.

Kegiatan berkreativitas dengan batik menjadi sebuah alternatif aktivitas yang menarik untuk dilakukan oleh semua kalangan termasuk pelajar Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga memungkinkan peserta didik untuk memahami lebih dalam tentang budaya Indonesia. Pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kali ini SMK N 6 Surakarta memilih Tema Kearifan Lokal, dengan judul “Pesona Batik Negeriku menjadi Kebanggaanku”. Proyek ini dilaksanakan dari tanggal 10 – 19 Mei 2023 di lingkungan sekolah.

Salah satu kegiatan dari proyek ini adalah penguatan materi P5 dari guru tamu yang dilaksanakan pada Jumat 12 Mei 2023 di lapangan tengah SMK N 6 Surakarta. Kegiatan ini diadakan untuk memperkenalkan dan meningkatkan pemahaman siswa tentang batik sebagai kekayaan budaya Indonesia.

Guru tamu yang diundang adalah Ibu Evi Elvira dan Bapak Agus Wijayanto, perajin batik dari Batik Jumputan ISP Cap Merak (@jumputanisp). Industri batik yang berdiri sejak tahun 1956 itu beralamat di Jl Ki Ageng Mangir No 3A, Penumping, Laweyan, Kota Surakarta. Narasumber memperkenalkan sejarah batik dan memperlihatkan contoh-contoh kain batik yang sangat indah dan menginspirasi kepada peserta didik.

Narasumber juga memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mencoba membuat batik jumputan dan shibori. Untuk membuat batik, kain yang sering digunakan adalah kain katun, rayon dan sutra, karena jenis kain tersebut mudah menyerap warna. Ada dua pola dalam motif batik:

  1. Pola Umum
    1. Jumputan: mengikat kain secara acak dari ujung secara berjarak (bisa dekat maupun jauh). Mengikatnya bisa menggunakan tali ataupun karet gelang (harus kuat agar warna tidak menembus). Lalu diberi warna dan ditunggu kering
    2. Shibori: bentangkan kain lalu lipat kain secara bolak-balik secara berulang. Kemudian lipat lagi sesuai bentuk yang diinginkan (bolak-balik). Selanjutnya diberi karet (untuk kain persegi, biasanya diikat di setiap sisinya sama besar, sedangkan kain segitiga diikat di setiap sudutnya). Kemudian diberi pewarna lalu tunggu kering.
    3. Abstrak: kain diremas dan “dibulatkan” kemudian diikat secara abstrak, kemudian diberi warna dan ditunggu kering
  2. Pola Spesial
    1. Bomb Bali: bentangkan kain, kemudian dijepit tengahnya sambil diputar secara perlahan dan rapi, kemudian langsung berikan warna ke kain yang sudah digulung, tunggu kering
    2. Serat kayu: bentangkan kain, kemudian lipat bolak balik secara berulang. Berikan warna dengan digoreskan pada bagian atas kain (bagian bawah disisakan warna putih) Tunggu sampai kering.

*setelah kering bilas menggunakan air bersih lalu dikeringkan kembali, batik siap dipakai.

Dalam membuat batik ada dua teknik yang dapat digunakan yakni, teknik basah dan teknik kering. Perbedaan dua teknik ini terdapat pada proses penggunaan waterglass (sodium silikat), yaitu senyawa alkali kuat berupa cairan kental tidak berwarna. Dalam bidang tekstil, waterglass dimanfaatkan sebagai materi pengikat zat warna reaktif dan penguat warna dalam proses fiksasi batik.

  1. Teknik basah: kain direndam di larutan waterglass terlebih dahulu setelah itu diperas sampai kering sebelum diberi warna. Setelah pewarnaan proses tunggu untuk warna selanjutnya disarankan 2 jam/lebih agar warna lebih kuat dan tidak banyak luntur saat pembilasan pertama.
  2. Teknik kering: kain batik yang sudah diikat dicelupkan ke air, kemudian diberi warna dan dijemur sampai kering. Setelah kering, kain dicelupkan ke waterglass yang kemudian dijemur lagi sampai kering kemudian dibilas.

Narasumber memberikan panduan dan bimbingan kepada peserta didik selama kegiatan. Peserta didik sangat antusias dan aktif terlibat dalam kegiatan ini. Mereka merasa bangga dan senang bisa belajar membuat batik langsung dari perajin batik yang berpengalaman. Kegiatan guru tamu ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam memperkenalkan dan meningkatkan pemahaman siswa tentang budaya Indonesia, khususnya batik. Diharapkan kegiatan ini dapat memicu minat siswa untuk lebih mengenal dan melestarikan batik sebagai kekayaan budaya Indonesia.

Ditulis oleh: Atika Widyastutie

 

 

Source: