Jumat, suasana di SMK NEGERI 6 SURAKARTA terasa berbeda. Pagi itu, 1 Agustus 2025, seluruh siswa muslim kelas X dan XI berkumpul dengan rapi di Halaman, depan perpustakaan WIJANG SMK NEGERI 6 SURAKARTA. Mereka duduk dengan tertib, siap menyambut kegiatan rutin yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembentukan karakter di sekolah ini yaitu: Jumat Rohani atau disebut dengan JUMROH.
Pukul 07.00 tepat, lantunan selawat dan irama indah dari tim Hadroh As-Syifa mengawali kegiatan. Penampilan yang energik dan penuh penghayatan ini berhasil menyejukkan hati dan jiwa, mempersiapkan mental para siswa untuk menerima siraman rohani. Setelah itu, tausiah dimulai, dibawakan secara bergantian oleh dua pemateri hebat, Ust. M Syaifudin, S.Pdi dan Ust. Badarudin M. Khadam, S.Pdi.
Syukur Atas Nikmat Panca Indera
Kajian diawali dengan membaca Surah Al-Ghasyiyah (surah ke-88) secara bersamasama menggunakan metode Nahawand yang merdu. Inti kajian yang pertama adalah ajakan untuk bersyukur atas nikmat luar biasa dari Allah SWT, salah satunya adalah anugerah panca indera yang masih bisa kita gunakan dengan baik. Para ustad mengingatkan betapa pentingnya menjaga dan mengoptimalkan fungsi setiap indera.
- Mata: untuk membaca Al-Qur’an, melihat keindahan ciptaan Allah, dan mencari ilmu pengetahuan.
- Telinga: untuk mendengarkan azan, lantunan ayat suci, serta nasihat-nasihat kebaikan dari guru dan orang tua.
- Tangan: untuk menolong sesama, menulis, dan berkreasi.
- Kaki: untuk melangkah menuju majelis ilmu dan beribadah.
- Otak: untuk berpikir, menuntut ilmu, dan membedakan mana yang baik dan buruk.
Sebagai pengingat yang kuat, para ustad menegaskan bahwa semua indera ini kelak akan dihisab satu per satu di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita harus menggunakannya untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan.
Manusia atau Binatang? Pilihan Ada di Tangan Kita
Sesi tausiah berlanjut dengan pertanyaan interaktif dari Ust. Badarudin kepada para siswa, “Apa yang kalian cari di SMK NEGERI 6 SURAKARTA?” Berbagai jawaban lugas dan jujur pun terlontar, seperti mencari ilmu, mencari teman, bertemu guru untuk interaksi positif, dan belajar bersosialisasi. Jawaban-jawaban ini menunjukkan kesadaran siswa akan tujuan mereka di sekolah.
Namun, Ust. M Syaifudin melemparkan pertanyaan yang lebih mendalam, “Apa perbedaan manusia dan hewan?” Awalnya, siswa menjawab bahwa keduanya punya otak, hati, dan fisik yang aktif bergerak. Jawaban tersebut disempurnakan oleh pemateri, yang menjelaskan bahwa perbedaan mendasar terletak pada akal. Manusia diberi akal dan insting yang harus selaras dengan fikiran, sedangkan hewan hanya mengandalkan otak dan insting.
Hal ini diperkuat dengan pengutipan ayat Al-Qur’an dalam QS. Al-A’raf (7): 179, yang menjelaskan bahwa banyak dari golongan jin dan manusia yang diberi hati, mata, dan telinga, namun tidak digunakan sebagaimana mestinya. Mereka diibaratkan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat. Ini adalah peringatan keras bagi kita semua.
Lantas, orang seperti apa yang dimaksud ayat ini? Para ustad menjelaskan, secara fisik, dari leher ke bawah, manusia dan binatang memang memiliki banyak kesamaan. Namun, yang membedakan adalah hati. Ketika hati manusia hidup, ia akan menyadari kodratnya sebagai makhluk yang paling mulia, sesuai firman Allah dalam QS. At-Tin (95): 4, “Laqad khalaqnal-insana fi ahsani taqwim” (Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya). Jangan sampai kita, yang secara fisik adalah manusia, justru memiliki perilaku seperti binatang karena mengabaikan fungsi akal dan hati.
Belajar Perlu Pengorbanan dan Keikhlasan
Di akhir kajian, Ust. M Syaifudin, S.Pdi dan Ust. Badarudin M. Khadam, S.Pdi memberikan kesimpulan yang sangat berharga.
- Optimalkan fungsi akal kita. Akal adalah anugerah terbesar yang membedakan manusia dari makhluk lain. Gunakanlah untuk menuntut ilmu, berpikir, dan mengambil keputusan yang benar.
- Belajar perlu pengorbanan. Ilmu tidak datang dengan sendirinya. Dibutuhkan waktu, tenaga, dan kesabaran untuk meraihnya.
- Jangan sampai menyesal pada akhirnya. Gunakanlah masa muda dan kesempatan yang ada untuk menuntut ilmu. Menyesal di kemudian hari tidak akan mengubah keadaan.
Mereka juga menutup tausiah dengan pesan penuh makna, bahwa jika kita ikhlas menuntut ilmu, hadiahnya adalah kemuliaan di sisi Allah SWT. Jumat Rohani ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan dan kebaikan dari Allah. Kegiatan ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi menjadi pengingat yang kuat bagi seluruh civitas akademika SMK NEGERI 6 SURAKARTA untuk senantiasa mengoptimalkan kodrat sebagai manusia dan menjadi pribadi yang terus belajar tanpa batas.
oleh: Wahyudi Ari Prabowo/Pak Wo; Guru DKV SMK N 6 Surakarta

