Membumikan Pembelajaran Mendalam: Refleksi dari Workshop di SMK Negeri 6 Surakarta

Pintu aula SMK Negeri 6 Surakarta pelan tapi pasti mulai terbuka. Bukan hanya untuk menyambut para guru dan staf, melainkan juga untuk menerima gagasan baru membumikan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning).. Selama delapan hari ke depan, tepatnya  dari 7 hingga 14 Agustus 2025, suasana keilmuan akan menghiasi setiap sudut ruangan SMK Negeri 6 Surakarta. Penajaman visi dan misi sekolah dikupas tuntas, dihidupkan kembali, dan dihubungkan dengan pendekatan pedagogis yang lebih relevan untuk masa kini melalui workshop Pembelajaran Mendalam.

Tepat pukul 11 00 WIB acara yang dipandu oleh MC berkelas yaitu Bapak Badarudin MK, S.PdI, M.PdI dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan doa bersama. Workshop diawali oleh Ibu  Dr. Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Sekolah dengan pembinaan kedisiplinan guru dan karyawan dalam peningkatan melaksanakan tugas sesuai tupoksi masing-masing. Kepala Sekolah mengingatkan kembali pada fondasi utama yang menyatukan seluruh elemen pendidikan dalam: Visi dan Misi SMK Negeri 6 Surakarta. Visi untuk melahirkan lulusan yang berkarakter kuat, siap kerja, dan berwirausaha dengan berbasis teknologi serta berwawasan lingkungan, bukan sekadar kalimat pajangan namun harus diejawantahkan dalam keseharian.  Visi tersebut adalah kompas yang akan mengarahkan setiap langkah, setiap keputusan, dan setiap kurikulum yang diterapkan. Sedangkan misi sekolah berfokus pada pengembangan sarana prasarana, peningkatan kualitas pendidik, dan pengoptimalan teknologi informasi, Misi sekolah yang telah disepakati ini juga harus mampu menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya mengikuti zaman, tetapi juga membentuk karakter yang sesuai kebutuhan zaman.

Selanjutnya, Dra. Retnaningsih, Pengawas SMK Negeri 6 Surakarta, memperkuat pemahaman tentang kerangka kerja Pembelajaran Mendalam dengan memperkenalkan Rumus 8-3-3-4. Rumus ini adalah kunci untuk menerjemahkan teori ke dalam praktik. Angka 8 merujuk pada dimensi profil lulusan yang komprehensif, angka 3 pertama adalah prinsip pembelajaran mendalam (fondasi pedagogi yang efektif), angka 3 kedua adalah pengalaman belajar mendalam (siklus berkelanjutan), dan angka 4 adalah kerangka pembelajaran mendalam (yang menopang ekosistem pendidikan secara keseluruhan). Rumus ini menjadi panduan praktis bagi para guru untuk merancang pembelajaran yang tidak hanya menyentuh permukaan, melainkan juga masuk ke dalam esensi.

Sebagai pemateri pertama, beliau mengawali dengan suasana yang sangat cair untuk membawa peserta menyelami inti dari Pembelajaran Mendalam. Beliau mengatakan bahwa Pendekatan ini bukan sekadar metode ajar, melainkan sebuah filosofi pendidikan yang telah diusung oleh Mendikdasmen, yang terwujud dalam tiga pilar utama: Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna), Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran), dan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan). Artinya, proses belajar haruslah relevan dan membuat siswa menyadari tujuan dan maknanya, serta dilakukan dengan suasana yang gembira. Lebih jauh lagi, pembelajaran yang mendalam tak akan terwujud tanpa pondasi yang kuat: dari kedisiplinan guru. Pembiasaan yang baik di sekolah harus dimulai dari para pendidik. Contohnya sederhana, datang tepat waktu, mengelola kelas dengan baik, atau menyelesaikan administrasi pengajaran secara disiplin, adalah cerminan yang patut diteladani oleh para siswa. Guru yang menunjukkan disiplin bukan hanya mengajar materi, melainkan juga menanamkan nilai-nilai perilaku berkarakter sivitas akademika yang menjadi bagian penting dari visi sekolah.

 

Dalam arahannya, beliau juga memberikan apresiasi tinggi terhadap capaian SMK Negeri 6 Surakarta dalam E-Kinerja dan penilaian PKSP yang dinilainya sudah sangat baik. Namun, apresiasi ini juga datang dengan tantangan dan harapan. Beliau mengingatkan untuk tidak berpuas diri, melainkan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas yang sudah ada. Terkait ritme kerja, para guru disarankan untuk melaksanakan rutinitas seperti Tacer study, TKA, dan kegiatan lain sewajarnya, tidak berlebihan, agar efektivitas tetap terjaga.

Secara keseluruhan, workshop ini bukan hanya sekadar agenda rutin, melainkan sebuah momen refleksi mendalam bagi para guru. Momen untuk kembali ke esensi peran guru sebagai pendidik. Momen untuk memahami visi, mendalami pendekatan baru, dan merefleksi praktik pengajaran yang telah dijalankan demi mewujudkan visi sekolah yang mencetak tamatan berkualitas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan membuka kegiatan workshop Pembelajaran Mendalam secara resmi Ibu Pengawas SMK Negeri 6 Surakarta menegaskan kembali bahwa esensi Workshop ini adalah langkah awal strategi untuk membumikan Pembelajaran Mendalam menjadi kenyataan yang hidup di setiap ruang kelas SMK Negeri 6 Surakarta.

 

Menerjemahkan Teori ke Praktik:

Mendalami Vokasi bersama Dr. Farida Fatmalatif

Setelah Jeda Isoma, Kegiatan Workshop berlanjut dengan pendalaman materi bersama Dr. Farida Fatmalatif, S.Pd, M.Pd. Beliau seorang akademisi sekaligus pemerhati pendidikan vokasi yang juga menjabat sebagai Kepala SMKN 1 Tengaran Kabuapten Semarang. Berbekal pengalaman lebih dari 22 tahun pengabdian dan segudang pengalaman sebagai Managerial Leadership, Motivator, dan Instruktur Nasional, beliau menggarisbawahi pentingnya Pembelajaran Mendalam dalam konteks pendidikan vokasi. Beliau adalah salah satu sosok yang mendukung implementasi filosofi ini, bahkan saat menjabat sebagai Kepala Sekolah CEO di bawah Dirjen Vokasi.

Pembelajaran Mendalam menjadi sangat relevan mengingat tantangan pendidikan saat ini. Perubahan masa depan yang sulit diprediksi, permasalahan mutu pendidikan seperti rendahnya literasi, keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan ketimpangan pendidikan, menuntut adanya pendekatan yang lebih efektif.

Sebagai contoh, hasil PISA di Indonesia menunjukkan peringkat yang masih di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Vietnam, dan Malaysia. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa 99% hasil PISA 2022 di Indonesia menunjukkan LOTS (Low Order Thinking Skills), sementara hanya 1% yang mencapai HOTS (High Order Thinking Skills). Kondisi ini memperlihatkan urgensi untuk beralih dari pembelajaran yang sekadar hafalan ke pembelajaran yang mendorong pemahaman mendalam.

Dalam konteks ini, Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) didefinisikan sebagai pendekatan yang menekankan penciptaan suasana belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Pendekatan ini diharapkan dapat memicu “AHA effect”, yaitu momen pencerahan di mana siswa tiba-tiba memahami suatu konsep secara utuh. AHA moment ini didapatkan melalui perpaduan keempat olah tersebut.

Kerangka pembelajaran ini juga berkaitan erat dengan delapan dimensi profil lulusan. Dr. Farida menguraikan bahwa delapan profil lulusan yang menjadi fokus saat ini sebenarnya dikembangkan dari enam profil lulusan dalam buku John Hattie, yang meliputi: Karakter, Kewarganegaraan, Kolaborasi, Komunikasi, Kreativitas, dan Berpikir Kritis. Profil-profil ini menekankan pada pembentukan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan teknis, tetapi juga soft skills yang kuat, seperti empati, perspektif global, dan kemampuan memecahkan masalah kompleks.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan Perencanaan Pembelajaran Mendalam (PPM) yang terdiri dari empat bagian:

  1. Identifikasi: Mengidentifikasi kesiapan peserta didik, memahami materi, dan menentukan dimensi profil lulusan.
  2. Desain Pembelajaran: Menentukan capaian, topik yang relevan, serta tujuan pembelajaran.
  3. Pengalaman Belajar: Merancang kerangka pembelajaran yang didukung oleh prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
  4. Asesmen: Melakukan penilaian pada awal, proses, dan akhir pembelajaran untuk mengukur keberhasilan.

Melalui workshop ini Beliau menegaskan kembali bahwa peran guru sangat vital dalam keberhasilan implementasi Pembelajaran Mendalam. Guru berperan sebagai aktivator yang memicu semangat belajar siswa melalui metode inovatif, sebagai pembangun budaya yang menanamkan nilai-nilai positif, dan sebagai kolaborator yang bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan pengalaman belajar yang holistik. Dengan demikian, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk masa depan bangsa yang siap menghadapi tantangan dunia yang terus berubah.

Di penghujung kegiatan workshop, beliau memberi tanggapan cerdas dari pertanyaan cerdas yang dilontarkan Bapak Ari (Pak Wo) dan ibu Yuliani dari Jurusan DKV yang intinya adalah proses pembelajaran kedepannya harus dilakukan terencana dan bersifat kolaboratif sebagai perwujudan pembelajaran berkemitraan untuk mencetak siswa yang cerdas, berkarakter, berbudaya serta kritis dalam menyelesaikan permasalahan.

Salam literasi  sepenuh hati. (WAP)

Oleh: Wahyudi Ari Prabowo, S.Sn

Editor: M Sofwan, S/Pd, M.Pd