Reportase Workshop Peace Building: Who am i? dan Cara Mengelola Konflik Anruv Viska

(19/09/24) Pada hari kamis pagi agen anti-perundungan dan kekerasan SMK Negeri 6 Surakarta atau yang sering kita kenal dengan Anruv (Agen Perubahan Viska) mengadakan workshop yang diselenggarakan dengan tema “Who am i?”dan “Mengelola Konflik”. Workshop ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari berbagai kelas. Di bawah koordinasi dari Narendra XI RPL sebagai koordinator, acara dimulai pada pukul 08.00 dengan sesi ice breaking yang dipimpin oleh MC juga Narendra XI RPL dan Sultan XI DKV 1. Sesi ini melibatkan permainan Up Down Up Down. yang bertujuan untuk melatih kefokusan peserta. Permainan ini berlangsung dengan penuh semangat, ditandai dengan gelak tawa peserta, terutama saat MC meneriakkan kata “BOOM” yang semakin memecah suasana menjadi riuh dan meriah.

Tepat pada pukul 08.30 WIB, acara resmi dimulai dengan pembukaan dari Alifia XI BC dan Sekar XI ULP 3 sebagai MC. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama, dilanjut dengan doa untuk kelancaran acara. Wakil Kepala Sekolah, Pak Danang Eko Sutrisno S.Pd, memberikan sambutan pembukaan acara. Kemudian, Kak Eras, perwakilan dari Yayasan Sahabat Kapas, menyampaikan sambutan yang penuh semangat, membangkitkan antusiasme peserta workshop.

Selama workshop, peserta diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam membuat kesepakatan bersama yang akan menjadi panduan selama acara berlangsung. Kesepakatan ini dipandu oleh MC dengan cara menampung pendapat dan masukan peserta, kemudian ditulis di papan harapan sebagai catatan kesepakatan.

Setelah sesi ice breaking dan pembukaan, acara memasuki inti workshop dengan materi pertama, “Mengenal Diri Sendiri.” Sebagai pengantar, peserta diajak untuk merenungkan seberapa baik mereka mengenal diri sendiri melalui beberapa pertanyaan reflektif. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah kamu sangat mengenal dirimu sendiri?” Jawaban peserta pun bervariasi, mulai dari setuju hingga ragu-ragu. Sesi ini membantu para peserta memahami pentingnya mengenali kelebihan dan kekurangan diri agar bisa lebih efektif dalam menyikapi konflik atau tantangan yang dihadapi.

Salah satu pernyataan yang memancing diskusi mendalam adalah “Apakah laki-laki boleh menangis?” Beberapa peserta menyatakan setuju bahwa laki-laki tidak boleh menangis karena mereka harus tegar dan kuat sebagai calon pemimpin. Namun, ada juga yang tidak setuju, menganggap bahwa menangis adalah ekspresi emosi manusiawi yang tidak terbatas oleh gender. Diskusi ini memberikan wawasan baru bagi peserta bahwa setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, berhak untuk mengekspresikan perasaan mereka secara sehat.

Lalu peserta akan melakukan latihan introspeksi diri melalui journaling. Mereka diminta menulis tentang pengalaman terbaru yang mempengaruhi emosi mereka, apa yang mereka rasakan saat itu, dan bagaimana mereka meresponsnya. Ini akan menjadi langkah awal untuk mengenal diri dan pola perilaku kita. Seperti dimulai dengan diskusi mendalam tentang mengenal diri sendiri. Dalam suasana yang intim, para peserta diminta merenung tentang siapa mereka sebenarnya, kelebihan apa yang mereka miliki, dan kelemahan apa yang seringkali mereka abaikan. Kakak-kakak pemateri, membimbing peserta dengan metode introspeksi yang sangat mendalam. Suasana perlahan berubah menjadi tenang ketika peserta mulai menuliskan pengalaman pribadi dalam jurnal mereka.

Setelah sesi Mengenal Diri Sendiri, materi berlanjut pada pembahasan tentang Cara Mengelola Konflik. Para peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dinamai dengan nama buah untuk mempermudah interaksi. Masing-masing kelompok memiliki dua kakak pemateri dari pengurus organisasi Anruv yang terdiri dari 7 pasangan. Yakni :

  1. Sisi dan Syifa
  2. Arra dan Sekar
  3. Aqilah dan Risa
  4. Cinta dan Alfiah
  5. Alifia dan Sultan
  6. Cinan dan Naren
  7. Nasywa dan Haidar

Dalam kelompok tersebut, masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk diskusi, berpendapat, mengungkapkan gagasan dan perasaannya lewat kertas yang disediakan hingga bermain games yang membantu pemateri dalam memberikan gambaran secara tidak langsung tentang berbagai cara dalam menghadapi suatu konflik. Sehingga, harapannya lewat terlibatnya para peserta secara langsung akan memudahkan dalam memahami materi tersebut.

Memasuki sesi kedua ini, suasana mulai berubah lebih dinamis. Kali ini, fokus beralih ke cara memecahkan konflik. Pemateri memberikan strategi-strategi konkret tentang bagaimana mengelola emosi ketika berada di tengah konflik dan bagaimana membangun komunikasi yang sehat dan efektif. Sesi ini menjadi sangat menarik karena melibatkan simulasi konflik yang membuat seluruh peserta berpartisipasi secara aktif.

Workshop ini berakhir pada pukul 12.00 WIB siang dengan sesi refleksi dan evaluasi. Para peserta terlihat antusias dan merasa mendapat banyak pelajaran berharga. Dengan adanya workshop ini, diharapkan para siswa bisa lebih mengenal diri mereka sendiri, sekaligus memiliki keterampilan yang lebih baik dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik secara positif.

Dengan suksesnya acara ini, berkat kerja keras seluruh tim yang setia menjaga jalannya acara. Para peserta pulang dengan kepala dan hati yang lebih penuh wawasan serta kesiapan untuk menghadapi tantangan hidup yang lebih baik.

 

Oleh: Royya XI BD 2

#perpustakaanwijang  #smkn6solo   #wijanglibrary   #literasi   #perpusnas   #p3smptperpusnas #ppukperpusnas