Merancang Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Bersama SMKN 6 Surakarta
Demikian bunyi tema yang disampaikan oleh Ibu Aprilia Palupi, S.P., M.P., guru inspiratif dari Temanggung, Senin 15 agustus 2022.
Kegiatan ini memiliki tujuan berbeda pada setiap tingkatan:
Pada Dasmen, SMK dan Diksus, tujuan merancang P5 adalah peserta secara mandiri dapat memodifikasi modul projek sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan konteks sekolah.
Tiga pertanyaan pemantik yang dilemparkan narasumber, antara lain “Seberapa sering Anda membawakan/mengawasi kegiatan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) di sekolah?” Pada pertanyaan ini disediakan empat pilihan jawaban yakni belum pernah, sudah pernah, sering dan sangat sering. Dalam pernyataannya, Bu Upi, demikian narasumber biasa dipanggil menegaskan bahwa apapun jawaban bapak/ibu pada kurikulum merdeka, bapak/ibu harus memahami dan terbiasa melaksanakan pembelajaran berbasis project. Awalnya dipaksa, lalu terpaksa kemudian terbiasa.
Pertanyaan pemantik kedua yang diajukan berbunyi: Sejauh mana Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)? Pada pertanyaan pemantik di nomor dua ini, narasumber menegaskan bahwa apapun jawaban bapak/ibu, pada akhirnya bapak/ibu harus melaksanakan project penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
Pertanyaan ketiga yaitu “Apa yang Anda ketahui mengenai P5?” dari pertanyaan pemantik ketiga inilah akhirnya materi dimulai. Mulai dari memahami konsep profil pelajar Pancasila, projek penguatan profil pelajar Pancasila dan modul P5.
Masih dalam rangkaian workshop yang disampaikan oleh ibu Upi, bapak ibu guru diajak berpikir mengenai grand designnya P5 sekolah. Beliau dengan sabar menuntun peserta workshop mulai dari tahapan merancang projek sampai pada penentuan topik spesifik, bahwa projek sebaiknya bermakna, bahwa saat pembuatan projek harus ada foto sebagai bukti dokumentasi. Membentuk kelompok, coordinator bahkan menjelaskan dengan detil uraian/rincian tugas koordinator sampai pada gelar karya dan assesmen setiap harinya.
Prinsip pengembangan projek yang harus diingat adalah: holistic/bermakna, kontekstual/memberi pengalaman nyata, eksploratif/menggali potensi, dan berpusat pada peserta didik.
Bu Upi juga mengingatkan agar rincian harian dilampirkan, tentang siapa saja yang diundang, kegiatannya apa, daftar hadirnya, assesmennya pakai apa, ceklis atau centang. Untuk laporan sebaiknya baik guru ataupun murid, keduanya sama-sama pegang agar tahu sejauh mana progresnya. Ada catatan apa. Contoh: Sudah melakukan dengan sangat baik, lanjutkan. Catatn-catatan tersebut didokumentasikan setiap hari.
Selama berproses 15 hari, apapun pertanyaan guru dan apapun jawaban murid, semua harus ada catatannya. Bubuhkan pula pertanyaan pemantik (3 pertanyaan), program pengayaan dan remedial. Pada saat gelar karya, pengunjung diminta untuk memberikan masukan. Caranya menggunakan emotikon, ataukah bentuk lain. Hasil dari masukan pengunjung ini menjadi pedoman untuk membuat projek di tahun berikutnya.
Pada proses refleksi harus terkandung 4P: Peristiwa, Perasaan, Pengalaman dan Penerapan. Peristiwa apa yang kamu alami selama 15 hari ini? Bagaimana perasaan kamu selama 15 hari ini? Senang? Mengapa? Sedih? Mengapa? Pengalaman apa yang kamu dapatkan setelah kegiatan ini selesai? Apa yang kamu lakukan ke depannya untuk menerapkan kegiatan ini dalam kehidupan?
Bukan hanya peserta didik saja, pendamping juga perlu melakukan refleksi. Misalnya saja selama 15 hari mendampingi anak rasanya kesel-kesel piye. Selanjutnya mau menerapkan proses seperti ini pada pembelajaran normada. Hal penting yang harus diingat adalah penekanan pada proses bukan produk. Produk hanya bonus. Tetapi produk akan dipamerkan. Jadi, buatlah produk sebaik mungkin.
Optimalisasi Akun Belajar.id dan unggah bukti karya dan aksi nyata pada PMM
Tema yang diusung dalam workshop implementasi kurikulum merdeka dan disampaikan oleh Bapak Dwi Kasiyanta, S.Si. Akun belajar.id hanya dapat digunakan pada PMM sebagai KBM dan mulai menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik murid serta sarana Pengembangan Guru guna mendapatkan berbagai informasi dan inspirasi untuk dukung perkembangan diri. Maka sebaiknya dioptimalkan penggunaannya. Selain untuk proses pembelajaran pada Pelatihan Mandiri (beragam pelatihan untuk kembangkan potensi), dapat pula digunakan untuk mengakses perangkat ajar (tersedia beragam inspirasi materi ajar berkualitas), assesmen murid (tersedia kumpulan soal untuk pahami level kompetensi murid), bergabung dengan komunitas (wadah berkembang bersama pendidik lain), unggah bukti karya (bukti kompetensi untuk menginspirasi), video inspirasi (inspirasi praktik ajar yang sudah dikurasi).
Jika ingin mengenal apa itu kurikulum merdeka, dapat mengakses melalui tampilan Tentang Kurikulum Merdeka (ada Prinsip Dasar dan Penerapan Kurikulum). Bahwa prinsip dasar adalah mengenali prinsip dan konsep pembelajaran paradigma baru yang berpusat pada murid. Pada penerapan kurikulum dapat dipelajari tentang profil pelajar Pancasila dan capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
Mudah, lengkap, dan dinamis. Kontennya selalu bertambah dan terbaru atau kekinian. Hal ini karena PMM terhubung dengan seluruh pendidik di tanah air yang selalu menambahkan pengalaman terbaiknya dalam pembelajaran. Selain menambahkan, memperbaiki juga senantiasa melakukan inovasi dan terus berbagi praktik baik. Selain praktik baik, mereka juga membagikan video pembelajaran di kelas.
Bapak ibu guru yang telah memiliki karya baik berupa video ataupun file dalam bentuk PDF, dapat mengunggah hasil karya tersebut pada bukti karya. Demikian pula jika telah membagikan pengalamannya dalam pembelajaran dan memenuhi prosedur yang telah ditetapkan, maka dapat mengunggahnya pada aksi nyata. Aksi nyata ini selanjutnya akan divalidasi untuk ditetapkan apakah layak mendapat sertifikat atau tidak.
Sosialisasi tentang orientasi program SMK PK
Materi yang disampaikan pada hari Selasa, 16 Agustus 2022 oleh Bapak Pangarso Yuliatmoko, S.Pd. Plt. Kasi SMK wilayah Cabdin 7
Sebuah kisah yang disuguhkan oleh narasumber tentang latar belakang Ki Hadjar Dewantara yang akhirnya menjadi prinsip pendidikan saat ini yaitu berorientasi pada murid. Kisah inspiratif yang berawal dari krenteg hati sang bapak pendidikan sehingga terucap kalimat “Saklawase, kowe bakal tak mulyakke.”
Seiring jaman yang terus berubah, sudah selayaknya maka terjadi juga perubahan dalam pembelajaran. Guru bukan lagi sebagai penyedia materi, melainkan guru sebagai pendidik sekaligus fasilitator, tutor, sumber inspirasi, yang dapat memberikan pembelajaran sejati dan sumber inspirasi sebagai tumbuhnya kreativitas peserta didik.
Mengajar adalah menuntun. Bagaimana kita bisa melaksanakan pembelajaran yang memerdekakan dengan melihat potensi masing-masing siswa. Guru tidak harus merubah bentuk atau profil seorang murid tetapi guru hanya menuntun murid. Bagaimana guru menjadikan murid sesuai dengan kodratnya masing-masing? Bagaimana caranya agar murid menjadi pintar atau mahir sesuai kodrat yang dimilikinya? Guru harus dapat menuntun murid dalam mengembangkan keterampilannya dalam menganalisis, kreativitas, teknologi, berfikir kritis, kepemimpinan. Juga harus dapat menguatkan karakter, kompetensi, literasi. Karena hal-hal tersebut adalah keterampilan abad 21. Jangan membuat anak merasa tertekan dengan memaksa mereka belajar sesuatu yang tidak sesuai dengan kodratnya.
Pada sesi Tanya jawab, Bapak Singgih Rakasiwi, S. Pd., guru produktif MPLB, mengajukan dua hal pada Pak Pangarso selaku narasumber. Dua hal tersebut berupa satu pernyataan dan satu pertanyaan. Pernyataan: program OTKP / MPLB telah bertranformasi ke arah digitalisasi dan cloud computing dengan peningkatan sumber daya guru yang 7/10 dari jumlah gurunya telah bergelar Magister pada bidang pendidikan, administrasi dan sains. Dengan era industri 4.0 ini menjadikan tantangan bagi kami untuk memberikan pengajaran yang memerdekakan dan berorientasi masa depan. Terus belajar dan berinovasi agar dapat memberikan yang terbaik kepada murid.
Pertanyaan: Terkait dengan merdeka belajar, bagaimana dengan siswi yang berdandan? karena itu merupakan bagian dari kemerdekaan diri, padahal di sekolah ada peraturan bahwa siswi tidak boleh dandan (make up). Jawaban: murid boleh berdandan sewajarnya saja sebagai ekspresi kemerdekaan diri namun tetap dalam control bapak ibu guru sebagai penuntun.
Bapak Stephanus Kristiawan WW, S.Pd., M.Pd., Kapro ULW mengajukan dua pertanyaan:
- Bagaimana kriteria kenaikan kelas di kurikulum merdeka ini? Ada kriteria kenaikan kelas di kurikulum merdeka, dapat dilihat pada panduan.
- Adakah celah untuk jurusan Pariwisata untuk kegiatan kunjungan industri? Kunjungan industri belum dapat dilaksanakan karena masih dalam masa pandemi.
Seluruh stake holder SMK Negeri 6 Surakarta adalah pembelajar sepanjang hayat sesuai amanat Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam Kurikulum Merdeka.
Semangat belajar sepanjang hayat, bapak ibu guru hebat!
Sesi Senin 15 Agustus 2022 Narasumber Aprilia Palupi, S.P. M.P
Sesi Selasa Narasumber: Pangarso Yuliatmoko, S.Pd
Sesi Selasa Narasumber Dwi Kasiyanta, S.Si