Halal Bihalal Keluarga Besar SMK Negeri 6 Surakarta 1445 H/2024 M

Halal bihalal bukan sekadar tradisi keagamaan melainkan telah menjadi tradisi kemanusiaan dan kebangsaan. Bukan hanya itu saja, halal bihalal menjadi momen persatuan antar anak bangsa sebagai warga masyarakat dengan keragaman beragama sebagaimana pernah dilakukan oleh KH Wahab Hasbullah pada masa awal kemerdekaan.

Sejalan dengan sejarah halal bihalal di atas, SMKN 6 Surakarta sebagai bagian dari masyarakat yang menjunjung tinggi pluralitas beragama turut menggelar acara halal bihalal bersama siswa yang terintegrasi pada kegiatan apel pagi ini, Selasa 16 April 2024. Terselenggara di lapangan depan pada pukul 07.15 WIB, berlaku sebagai pembina apel adalah kepala SMKN 6 Surakarta, Ibu Dr. Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd.

Selain halal bihalal bersama siswa yang diselenggarakan di lapangan depan, kegiatan serupa juga digelar di aula utama pada pukul 12.30 WIB. Dalam sambutannya, orang nomor satu di SMKN 6 Surakarta tersebut menyampaikan bahwa acara halal bihalal adalah kegiatan penting. Menurutnya, hari raya Idul Fitri bukan hanya milik orang muslim saja melainkan umat Nasrani juga lainnya turut bersukacita merayakan hari raya Idul Fitri kali ini. Hari lebaran adalah hari yang istimewa bagi bangsa Indonesia yang majemuk dalam beragama, sebagai momentum untuk saling bersilaturahmi dan yang paling penting adalah untuk saling memaafkan segala kesalahan.

Pada kesempatan tersebut, Bu Titik juga menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah mendukung sehingga acara halal bihalal dapat terselenggara dengan baik meski masih terbatas untuk guru dan karyawan saja. Hal yang sama juga disampaikan oleh ketua panitia penyelenggara kegiatan halal bihalal kali ini, yakni bapak Abdul Muslim, S. Pd.

Selain menghimbau untuk saling meminta maaf dan memaafkan secara pribadi dan kedinasan, pada akhir sambutannya, Bu Titik mempersembahkan sebuah tembang yang berjudul ‘Jangan Salah Menilai’ yang dipopulerkan oleh Tagor Pangaribuan.

Pembicara dalam acara halal bihalal ini adalah Bapak Asih Sunjoto Putro, S.Si. Mengawali ceramahnya, beliau menyampaikan beberapa pantun. Pada topik utama, ada lima poin yang disampaikan oleh pembicara dalam ceramahnya. Lima poin tersebut adalah: permusuhan, hati-hati, memaafkan, tidak memarahi, dan mengampuni.

Permusuhan atau perselisihan timbul biasanya justru dari orang terdekat baik secara komunikasi maupun fisiknya, adanya perbedaan pendapat bukan pendapatan, yang biasanya istri/suami atau anak ada yang menjadi musuh. Maka berhati-hatilah terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, tidak memarahi dan memberikan ampunan, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

Mengakhiri ceramahnya, pembicara menyampaikan tentang filosofi KUPAT (Ngaku Lepat; Laku Papat). Ngaku Lepat bermakna mengakui kesalahan dan meminta maaf. Laku Papat: Lebar, Lebur, Labur, Luber. Maknanya tidak lepas dari melupakan, menghilangkan, memutihkan, membersihkan dari segala dendam.

Keluarga Besar viska Mengucapkan: “Mohon Maaf Lahir dan Batin.”

Sebagaimana tujuan utama dari kegiatan halal bihalal, maka seyogianya kita saling memaafkan. Bisaa nata ati ben uripmu mukti. Bisaa nata ilat ben ora kualat. Bisaa nata polah ben ora salah langkah. Bisaa nata raga ben ora rekasa. Bisaa nata pikir ben ora kuatir.

Taqabballalahu Minna Wa Minkum, Minal Aidin wal Faidzin.

Kupat duduhe santen, menawi lepat nyuwun pangapunten.

 

Oleh: Sri Setyaningsih