Aktif, kreatif, menyenangkan adalah deretan kata yang dapat menggambarkan workshop yang berlangsung di aula SMK Negeri 6 Surakarta Senin, 7 Nopember 2022. Workshop yang membahas tentang diferensiasi pembelajaran dan asesmen dalam implementasi kurikulum merdeka ini disampaikan oleh pemateri yang supel, ramah, sabar, dan cantik pula. Ibu farida Fahmalatif, S.Pd., M.Pd tampil segar, lincah dan aktif sepanjang acara berlangsung sehingga mampu mempengaruhi bapak ibu guru peserta workshop untuk selalu fokus dari awal acara dimulai hingga selesai. Bahkan batas waktu yang disepakati sudah harus berakhirpun, peserta tidak menyadarinya dan masih belum ingin mengakhirinya.
Sebenarnya situasi ini sudah diprediksikan oleh Kepala Sekolah, ibu Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd. yang menyampaikan dalam sambutannya bahwa pemateri kali ini luar biasa pintar dan tetap rendah hati. Sosok pribadi yang istimewa inilah alasan utama orang nomor satu di SMK Negeri 6 Surakarta akhirnya mendatangkan ibu Farida agar berbagi ilmunya dengan bapak ibu guru di sekolah yang dipimpinnya.
Sebagai pertanyaan pemantik di awal penyampaian materi, ibu Farida menanyakan berapa kali kurikulum sudah berganti sejak tahun 1947? Pemateri menyampaikan bahwa terhitung sejak tahun 1947, kurikulum sudah berganti sebanyak 13 kali.
Snowball throwing yang dimainkan sebagai ice breaking juga mengandung pelajaran tentang bagaimana kita harus berkolaborasi dengan sesama rekan guru agar dapat menjadi sosok yang selalu menginspirasi murid. Sehingga murid merasa aman dan bahagia dalam proses menemukan kodrat terbaiknya sesuai kodrat alam dan kodrat jaman.
Beliau juga menyarankan buku yang dapat dibaca untuk belajar SEL (Social Emotional Learning). Dengan belajar SEL maka guru akan dapat melakukan pembelajaran yang sesuai dengan karakter murid. Selain itu, guru juga akan dapat menemukan profiling murid yang menuju ke profiling kelas. Profiling kelas inilah yang nantinya akan menentukan pembelajaran seperti apa yang tepat untuk diberikan di kelas ini. Apakah termasuk dalam kategori slow, medium atau fast learner?
Differensiasi pembelajaran dapat dibaca lebih lanjut dalam bukunya Tom Linson. Ada diferensiasi konten (tergantung jurusan), proses (tergantung karakter anak) atau produk (tergantung hasil belajarnya).
Indicator belajar yang sudah tersedia boleh ditambah namun tidak boleh dikurangi. (kurikulum 2013)
Gaya belajar ada tiga, audio visual (cocok diputarkan film), auditori (cocoknya didongengin), kinestetik (cocok terjun langsung ke lapangan).
Jika ada yang murid yang unik, maka sebaiknya ditampilkan ke depan dengan mengajak teman lain agar dapat berkolaborasi, tetap disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ada. (NN)