WORKSHOP OPTIMALISASI PEMANFAATAN PLATFORM MERDEKA MENGAJAR

Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) adalah kunci untuk mengubah pendidikan di era digital. Dengan PMM, kita dapat memperluas akses pendidikan, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan mempersiapkan generasi muda untuk tantangan masa depan. Untuk memaksimalkan pemanfaat PMM, maka SMK Negeri 6 surakarta, mengadakan workshop dengan tema “Optimalisasi Pemanfaatan Plarform Merdeka Mengajar”, selama 3 hari mulai tanggal 18 Oktober dan berakhir pada tanggal 20 Oktober 2023.

Pada hari pertama, Workshop menghadirkan ibu Retnaningsih, S. Pd, M. Pd, selaku pengawas SMK Negeri 6 Surakarta. Acara diawali dengan menyanyikan lagi Indonesia Raya, pembacaan do’a dan dilanjutkan dengan sambutan Kepala Sekolah, oleh Ibu Dwi Titik Irdiyati, S. Si, M. Pd. Pada kesempatan tersebut, beliau membuat polling menggunakan class point, mengenai pendapat guru tentang PMM secara umum. Dari hasil polling, ada beberapa pendapat unik diantaranya: PMM itu “menegangkan”, “Cihui”, “bikin penasaran” dsb, dari pendapat-pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa sikap guru dalam pemanfaatan PMM berbeda-beda. Dengan diadakannya workshop, diharapkan seluruh guru di SMK Negeri 6 Surakarta dapat aktif dalam menyelesaikan topik yang ada di Platform Meredeka Mengajar.

Pada sesi kedua, Ibu Retnaningsih menyampaikan bahwa semua guru perlu berkolaborasi menuntaskan pelatihan PMM. Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan update pemanfaatan PMM SMK Negeri 6, dan beliau mempersilahkan guru yang memperoleh sertifikat terbanyak untuk maju dan memberikan cindera mata sebagai penghargaan. Guru-guru tersebut adalah, ibu Rimayanti, ibu Jalilah dan ibu Nurul.

Ibu Rimayanti menyampaikan bahwa beliau menyelesaikan topik pada PMM dan memperoleh sertifikat cukup banyak saat beliau menyelesaikan PGP, sedangkan Ibu Jalilah mengisi waktu luangnya untuk menyelesaikan topik di PMM, hingga mengirim aksi nyata cukup banyak dan untuk memperoleh informasi tentang Kurikulum Merdeka.  Begitu juga dengan Ibu Nurul, yang menambah literasi dengan memanfaatkan PMM sehingga memperoleh sertifikat cukup banyak juga.  Semoga beliau bertiga menjadi inspirasi bagi guru yang lain dalam memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar. Mari berkolaborasi dan manfaatkan PMM untuk menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan.

Platform Merdeka Mengajar adalah contoh konkret dari bagaimana teknologi dan kolaborasi dapat digunakan untuk memerangi masalah pendidikan dan memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi hak yang dapat diakses oleh semua anak di Indonesia, terlepas dari situasi yang sulit. Kegiatan workshop kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Oktober 2023 mulai pukul 12.45 WIB. Workshop dibuka oleh ibu Nani Fajarwati, S.Pd., kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu oleh ibu Emie Wahjuningsih, S.Pd., dan dilanjutkan doa oleh bapak Muhammad Syaifudin, S.Pd.I.

Acara inti kegiatan workshop kedua ini, diisi dengan kegiatan sharing baik aksi nyata oleh ibu Rimayati, S.Pd., M.Pd., dan ibu Aminah Darmastuti, S.Pd. Ibu Rima memaparkan tentang pembuatan aksi nyata pada topik refleksi pembelajaran awal-tengah-akhir pembelajaran. Aksi nyata dalam konteks refleksi pembelajaran adalah tindakan yang diambil setelah seorang individu merenungkan atau merefleksikan pengalaman belajar mereka. Refleksi pembelajaran adalah proses yang penting untuk memahami dan mengembangkan diri, serta untuk memastikan pengalaman belajar lebih efektif.

Aksi nyata yang dipaparkan sangat jelas dan lengkap mengenai bagaimana memperoleh sertifikat aksi nyata topik ini. Tindakan nyata ini penting untuk menerapkan hasil dari refleksi pembelajaran dan meningkatkan proses pembelajaran seseorang. Ini juga membantu memastikan bahwa pengalaman belajar lebih efektif dan memuaskan.

Selanjutnya, kegiatan inti workshop kedua ini, diisi pemaparan dari bapak Wahyu Saryadi, M.Pd., dari SMK Negeri 1 Giritontro.  Pak Wahyu menjelaskan bagaimana cara agar aksi nyata tidak ditolak dan bersama-sama mulai mempraktikkan membuat aksi nyata pada topik Perencanaan Pembelajaran. Penyebab aksi nyata ditolak antara lain:

  1. Tidak sesuai judul /panduan /tidak lengkap
  2. Umpan balik tidak sesuai respon yang diharapkan dan pelaporan juga tidak benar
  3. Tidak ada dokumentasi foto /video kegiatan maupun komunikasi umpan balik
  4. Plagiat /copas untuk semua bagian. Tidak ada modifikasi

Aksi nyata dalam konteks perencanaan pembelajaran adalah tindakan konkret yang diambil oleh pendidik atau instruktur setelah merencanakan dan merenungkan strategi pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Kegiatan workshop kedua ditutup pada pukul 15.00 WIB dengan foto bersama, dan workshop akan dilanjutkan pada hari berikutnya, Jum’at 20 Oktober 2023.

Kegiatan workshop hari ke tiga masih diisi oleh narasumber Bapak Wahyu Saryadi, M.Pd. dengan kegiatan pembimbingan pembuat Aksi Nyata di Platform Merdeka Mengajar.

Acara dimulai dengan pembukaan, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh dirijen Ibu Indaruwati, S.Pd., M.Pd dilanjutkan dengan Doa yang dipimpin oleh Bapak Zaenal Arifin, S.Pd. Acara workshop dibuka dengan sambutan Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Surakarta yang diwakili oleh Bapak Yudi Cahya Ariyanto, S.Pd., M.Pd selaku ketua tim Manajamen Penjamin Mutu SMK Negeri 6 Surakarta.

Di hari Ketiga ini, workshop diisi dengan kegiatan praktek membuat aksi nyata, semua guru wajib membawa laptop dan membuat bersama-sama dengan bimbingan Bapak Wahyu Saryadi M. Pd,  kemudian mengunggah aksi nyata tersebut di Platform Merdeka Mengajar.

Aksi nyata yang dipraktekkan ada 4  Topik, yaitu Perencanaan Pembelajaran SMA/ SMK/ Paket C, Perencanaan Pembelajaran (SMK), Refleksi Pembelajaran, dan Fasilitator Pembelajaran. Untuk memandu bapak ibu guru dalam mengumpulkan aksi nyata di Platform Merdeka Mengajar, Pak Lagiyo menjadi contoh untuk praktek mengunggah aksi nyata.

Setelah pelaksanaan workshop hari ini, diharapkan bapak ibu guru tidak lagi menjadikan tugas membuat aksi nyata dalam Platform Merdeka Mengajar sebagai beban, namun bisa menganggap aksi nyata sebagai “Konco Dolanan” yang tidak menyusahkan namun mengasyikkan.

 

Penulis : Aminah, Ariestika, Arnenia